Kelas Geotextile

Kelas geotextile adalah klasifikasi geotextile yang menggolongkan spesifikasi teknis untuk kebutuhkan lapis separator dan stabilisator.

Geotextile kelas 1 merupakan kelas tertinggi yang merujuk pada sifat-sifat mekanis dan hidraulik yang dimiliki produk.

Geotekstil Separator Kelas 1

Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum pertama kali memperkenalkan penggunaan kelas geotextile pada tahun 2009.

Kebijakan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan teknis sekaligus memudahkan pemilihan tipe produk untuk kebutuhan konstruksi.

Pemilihan kelas secara tepat bertujuan meningkatkan stabilitas konstruksi, memaksimalkan fungsi perkuatan dan mengatasi permasalahan daya dukung tanah.

Awal kebijakan klasifikasi kelas ini dibuat sebagai pedoman sekaligus rujukan teknis bagi aplikator / kontraktor pelaksana di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

Penetapan kelas ini bertujuan untuk menjamin kemampuan produk memenuhi kinerja yang dipersyaratkan.

Geotextile Separator dan Stabilisator

Tipe separator dirancang sebagai pemisah dan penyaring dasar timbunan.  Fungsi ini sekaligus meloloskan aliran air dibawah timbunan.

Tipe stabilisator dirancang untuk meningkatkan daya dukung dan stabilitas tanah.

Produk ini bekerja dengan mendistribusikan beban secara merata ke area yang lebih luas, mengurangi deformasi sekaligus pengendapan pada satu area.

Pada kelompok besar geotextile terbagi atas tipe ‘anyaman’ (woven) dan tipe ‘tak teranyam’ (non woven).

Perbedaan mendasar dari kedua tipe ini ada pada jenis bahan baku dan tingkat elongasi.

Tipe anyaman memiliki elongasi <50%, sementara tipe tak teranyam memiliki elongasi >50%.

Dari kelompok besar ini produk terbagi atas tipe Kelas 1,  2 dan 3.

Persyaratan teknis dari  masing-masing kelas ditentukan berdasarkan nilai rata-rata minimum hasil uji arah gulungan terlemah (minimum average roll value / MARV).

Sifat-sifat mekanis (mechanical properties) dan hidrolis (hydraulic properties) pada material memiliki syarat minimum yang harus dipenuhi. Sementara bukaan pori-pori pada material memiliki syarat maksimum.

Pada katagori ‘daya bertahan’ (survivability), pengelompokan geotextile diukur berdasarkan kemampuan produk bekerja pada kondisi tertentu. Kondisi yang mempengaruhi diantaranya kondisi tanah dasar, tebal penghamparan dan penggunaan alat berat saat pemasangan produk.

Geotextile-Kelas-1

Geotextile Kelas-1

Geotextile kelas 1 adalah kelompok geotextile yang memiliki persyaratan teknis sebagai lapis stabilisator.

Kelompok ini mempunyai kinerja produk yang baik pada pemasangan di atas lahan basah dan jenuh air.

Pada katagori tipe ini, produk selain memiliki kemampuan sebagai stabilisator, juga memiliki kemampuan  sebagai Separator dan lapis perkuatan timbunan.

Geotextile kelompok ini memiliki kemampuan stabilisasi timbunan pada struktur perkerasan di atas tanah dengan nilai CBR 1 hingga 3 (1< CBR<3).

Kelas stabilisator, sedikitnya memiliki persyaratan sifat mekanik dan hidrolik (mechanical & hydraulic properties) sebagaimana katagori Kelas 1 separator.

Perbedaannya pada nilai ukuran bukaan pori (Aparent Oppening Size). Kelas stabilisator memiliki ukuran bukaan pori maksimum   0,43mm (ASTM-D4751). Sementara persyaratan kekuatan sisa (Deterioration Test) ASTM-D4355 setelah 500 jam terpapar ultraviolet  sedikitnya sebesar 50%.

Geotextile Kelas-2

Geotextile kelas 2 merupakan kelompok lapis separator. Produk ini memiliki kemampuan mencegah bercampurnya tanah dasar dengan agregat timbunan di atasnya.

Secara umum tipe anyaman atau woven, menjadi pilihan yang banyak digunakan untuk kebutuhan lapis pemisah (separator). Meski pada fungsi ini tipe Non Woven juga dapat digunakan.

Persyaratan teknis pada kelompok woven yang memiliki elongasi <50% ini,  setidaknya harus memiliki kuat cekau 1100N, kuat sobek 400N dan kuat tusuk 2200N.

Pada aplikasi lapis dasar pondasi atau timbunan pilihan,  geotextile tipe ini memiliki  kuat tarik yang memadai meski saat beban maksimum. 
 
Selain memiliki sifat kuat cekau (Grab Strength) ASTM-D4632, kuat sobek (Tear Strength) ASTM-D4533 dan kuat tusuk (Puncture Strength) ASTM-D6241 dari nilai gulungan rata-rata minimum;  Geotextile  tipe ini memiliki sifat permitivitas (permittivity) dan permeabilitas (permeability) yang lebih besar dari tanah.
 
Nilai gulungan rata-rata maksimum ukuran bukaan porinya (Aparent Opening Size/AOS) ASTM-D4751 : 0,60mm. Kekuatan sisa (Deterioration Test) ASTM-D4355 setelah terpapar ultraviolet 500 jam sekurang-kurangmya sebesar 50%.

Geotextile Kelas-3

Geotextile kelas 3 merupakan kelompok untuk penggunaan sebagai saluran drainase bawah permukaan. 

Kelompok ini setidaknya memiliki nilai sifat filtrasi, permitivitas dan permeabilitas yang mendukung sistim drainase pada kondisi tanah problematik.

Geotextile tipe ‘non woven’ serat pendek atau serat panjang menerus merupakan pilihan baku pada kelompok aplikasi ini. Geotextile berbahan dasar anyaman filamen tunggal (Woven Slit Film) tidak boleh digunakan sebagai lapis drainase bawah permukaan.

Ketika difungsikan untuk aplikasi drainase, geotextile digunakan bersama dengan pipa bawah tanah untuk mencegah akumulasi air di atas permukaan.

Fungsi utama geotextile pada aplikasi ini adalah sebagai penyaring atau filter. Geotextile memungkinkan air melewatinya sambil mencegah lolosnya partikel tanah yang dapat menyumbat sistem aliran sehingga mengurangi efektivitasnya.

Prosentase lolos saringan pada aplikasi ini selain dengan memperhatikan ukuran butiran tanah (persyaratan SNI/AASHTO); juga memerlukan hasil uji lolos air pada material geotextile yang digunakan.