Geotextile Curing
Lapisan Penutup Cor Beton

Geotextile curing adalah lapisan penutup cor beton yang berfungsi menjaga tingkat kelembaban agar hidrasi beton menghasilkan kekuatan maksimum.

Penutupan cor akan mengurangi risiko terjadinya perubahan suhu secara drastis yang dapat mengakibatkan keretakan.

penutup cor beton

Pengecoran tanpa proses curing berpotensi menimbulkan keretakan atau kerusakan pada beton akibat proses pengeringan yang terlalu cepat.

Curing mencegah beton tidak terlalu cepat kehilangan air sehingga tidak terjadi proses susut  berlebihan; selimut geotekstil (Concrete curing blanket) ditempatkan saat beton memasuki fase perkerasan.

Pelaksanaan pembetonan dengan proses pengeringan memadai akan menghasilkan mutu beton yang baik.

Sebaliknya, pengabaian proses perawatan saat beton memasuki proses perkerasan akan menghasilkan mutu beton yang buruk.

Pengeringan beton yang terlalu cepat akan mengakibatkan beton mengalami penurunan kekuatan dan mudah mengalami retak susut.

Lapis permukaan beton dengan proses pengeringan kurang memadai akan mengakibatkan retakan kecil akibat pengeringan dini. Dampak lainnya permukaan beton mengalami penyusutan dengan tidak merata (Crazing or cracking)

Tujuan Curing Beton

Curing beton atau perawatan beton bertujuan untuk memberikan keuntungan:

  • Beton akan memiliki suhu kelembaban yang cukup untuk hidrasi berkelanjutan dan peningkatan kekuatan. Semen yang mengering terlalu cepat, tidak akan memiliki cukup waktu untuk proses pengkristalan sehingga kekuatan beton tidak berkembang sebagaimana mestinya.
  • Menjaga beton dari panas berlebih yang dapat menimbulkan penyusutan lebih awal akibat proses pengeringan terlalu cepat. Beton dalam keadaan panas dapat menyebabkan perbedaan temperatur pada kandungan beton sehingga menimbulkan retak susut dan mempengaruhi ketahanan struktur.
  • Menjaga stabilitas volume, ketahanan abrasi dan penskalaan.

Metode Curing Beton

Geotextile yang dapat digunakan sebagai penutup cor beton atau curing adalah jenis Geotextile Non Woven. Tipe berat 150g dan 200g per m2 merupakan pilihan yang banyak digunakan.

Tidak diperlukan spesifikasi teknis khusus atau Kelas Geotextile dalam menentukan Geotextile ‘curing’.

Pemilihan geotextile dengan ketebalan memadai akan sangat membantu proses penguapan dengan baik.

Penggunaan Geotextile jenis anyaman-woven dalam hal ini tidak disarankan karena rendahnya sifat material dalam menahan air (water retaining).

Sebaliknya Geotextile Non Woven,  memiliki kemampuan dalam menahan air karena terbuat dari serat berpori.

Sifat inilah yang  mengendalikan kelembaban dengan mencegah beton dari proses penguapan lebih cepat selama periode pengeringan.

Proses Curing Melalui Pembasahan

Proses ‘Curing’ melalui pembahasan dilakukan dengan menggunakan Geotextile Non Woven sebagai  selimut cor (Concrete insulation blankets).

Pembasahan dilakukan dengan menyemprotkan air pada selimut geotekstil saat beton memasuki fase perkerasan (hardening) yang cukup.

7-10 hari pertama sangat penting dalam proses curing. Pada periode ini kekuatan beton akan meningkat dengan cepat dan pelat beton tidak boleh mengalami pengeringan secara drastis, terutama jika terkena sinar matahari langsung.

Pembasahan secara berkala dengan durasi cukup waktu akan menjaga suhu ideal beton.

Suhu ideal beton akan mendukung reaksi kandungan beton berproses secara optimal. 

Lama Curing

Beberapa faktor pembentuk beton yang akan mempengaruhi lama waktu pelaksanaan perawatan (Curing):

  1. Jenis atau tipe semen dan penggunaan proporsi campuran bahan tambahan atau bahan pengganti.
  2. Ukuran atau luasan elemen struktur dan bentuk member beton.
  3. Spesifikasi kuat tekan beton yang ingin dicapai.
  4. Kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan pembetonan.
  5. Kondisi eksposur setelahnya.

Aspek penting dari perawatan beton adalah menjaga keseimbangan suhu beton agar tidak terlalu dingin atau terlalu panas selama proses perkerasan.

Saat beton dalam suhu dingin, reaksi hidrasi akan melambat. Sebaliknya saat suhu beton terlalu panas tingkat hidrasi akan sangat cepat yang akan menurunkan kuat tekan beton dalam jangka panjang.

Dalam kondisi cuaca normal, beton akan memiliki kekuatan mencapai 70% dalam waktu kurang lebih tujuh hari, dan akan memiliki kekuatan penuhnya dalam waktu hingga 28 hari (Lama curing).

Lama curing / perawatan beton berpengaruh pada:

  1. Mutu / kekuatan beton (strength).
  2. Keawetan struktur beton (durability).
  3. Kekedapan air beton (water-tightness).
  4. Ketahanan permukaan beton terhadap keausan (wear resistance).
  5. Kestabilan volume terhadap susut atau pengembangan.